“INFLASI
dan
PENGANGGURAN”
1.1
Latar Belakang Masalah
Salah satu penyakit perekonomian yang tidak dikendaki
oleh setiap rezim pemerintahan manapun adalah inflasi dan
pengangguran. Inflasi akan mengurangi daya beli masyarakat, yang akan
berdampak buruk pada peningkatan kesejahteraan hidup
masyarakat. Pengangguran bukan hanya berdampak negatif terhadap pelemahan
pendapatan nasional, tetapi lebih dari itu, pengangguran yang tidak terkendali
memicu konflik sosial dan kestabilan nasional.Seperti yang telah kita ketahui, bahwa
bangsa indonesia banyak sekali mengalami masalah yang sekarang –
sekarang ini yang paling hangat adalah pengangguran dan kenaikkan BBM. Semakin
banyaknya pengangguran di Indonesia yang dari tahun ketahun bukannya
berkurang malah semakin banyaknya pengangguran – pengangguran yang terjadi.
Danjuga semakin beratnya beban kehidupan yang disertai dengan terjadinya
inflasi di indonesia ini.
Dalam makalah ini akan
membahas tentang hal – hal yang berkaitan tentang pengangguran dan inflasi,
mengapa hal itu bisa terjadi. Didalam makalah ini saya akan menjelaskannya
sedetail – detailnya.
Makalah ini dibuat untuk
memenuhi nilai mata kuliah Pengantar Makroekonomi semester dua ini, yang didalamnya
membahas mengenai definisi pengangguran dan inflasi, macam – macam pengangguran
dan inflasi, faktor – faktor apasaja yang dapat mengakibatkan terjadinya
pengangguran dan inflasi dan akibat – akibat yag ditimbulkan. Maka makalah ini
saya beri judul “ INFLASI dan PENGANGGURAN“
1.2 Tujuan Pembahasan
Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yakni:
- Mendefinisikan pengertian dari inflasi dan pengangguran
- Mendefinisikan jenis serta pembagian dari inflasi dan
penganguran
- Menjelaskan mengenai permasalah inflasi dan pengangguran
yang terjadi di indonesia
- Menjelaskan bagaimana cara menanggulangi permasalah
inflasi dan pengangguran
- Menarik kesimpulan mengenai pembahasan tentang inflasi
dan pengangguran
BAB
II
A.
INFLASI
2.1
Pengertian Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar
dapat dikatakantelah terjadi inflasi: Kenaikan Harga, bersifat
Umum, berlangsung Terus-menerus.
Laju Inflasi dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
tingkat
harga (tahun t)-tingkat harga
(tahun t-1)
————————————————————————-x
100
tingkat
harga (tahun t-1)
Kenaikan harga ini diukur
dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering
digunakan untuk mngukur inflasi antara lain :
1. Indeks biaya
hidup (Consumer price index)
Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluran untuk
membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan
hidup.
2. indeks harga
perdagangan besar (wholesale pirce index)
indeks perdangangan besar meniti beratkan pada sejumlah
barang pada tingkat pedangangan besar.
3. GNP deflator
GNP deflator adalah jenis indeks yang lain. Berbeda
dengan dua indeks di atas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator mencakup
jumlah barang dan jasa yang mencangkup dalam perhitungan GNP, jadi lebih banyak
jumlahnya bila dibanding dengan dua indeks di atas GNP deflator diperoleh dengn
membagi GNP nominal (diatas harga Berlaku) dengan GNP rill (atas dasar harga
konstans)
GNP
Deflator = GNP nominal x
100
GNP rill
2.2
Jenis-jenis Inflasi
Inflasi dapat digolongkan menjadi berikut ini :
- Penggolongan
didasarkan pada parah tidaknya inflasi
- Inflasi ringan (dibawah 10% setahun). Inflasi ringan
atau disebut juga dengan Inflasi moderat, ditandai dengan harga-harga
yang meningkat secara melambat atau biasa disebut dengan inflasi satu
digit per tahun.
- Inflasi sedang (antara 10-30% setahun).
- Inflasi berat(antara 30%-100% setahun). Inflasi ganas,
inflasi dalam dua digit atau tiga digit seperti 30, 200 atau 300 persen
per tahun. Jika inflasi ganas timbul maka timbullah gangguan-gangguan
yang serius terhadap perekonomian. Dalam kondisi ini uang kehilangan
nilaina dengan sangat cepat, tingkat bunga ril dapat mencapai -50 atau
-100.
- Hiperinflasi (diatas 100% setahun). Apabila inflasi ini
terjadi maka tidak ada segi baik perekonomian pasar, apabila harga-harga
meningkat jutaan atau bahkan treliunan persen pertahun.
- Jenis Inflasi Menurut Sebabnya
- Demand-pull inflation
adalah inflasi yang disebabkan karena adanya kenaikan
permintaan agregat yang sangat besar dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa
yang ditawarkan. Karena jumlah barang yang diminta lebih besar dari pada barang
yang ditawarkan maka terjadi kenaikan harga. Inflasi tarikan permintaan
biasanya berlaku pada saat perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga
kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi berjalan dengan pesat (full
employment and full capacity). Dengan
tingkat pertumbuhan yang pesat/tinggi mendorong peningkatan permintaan
sedangkan barang yang ditawarkan tetap karena kapasitas produksi sudah maksimal
sehingga mendorong kenaikan harga yang terus menerus.
- Cost-push inflation
Inflasi desakan biaya (Cost-push Inflation) atau inflasi dari sisi penawaran (supply
side inflation) adalah inflasi yang
terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produksi yang pesat
dibandingkan dengan tingkat produktivitas dan efisiensi, sehingga perusahaan
mengurangi supply barang dan jasa. Peningkatan biaya produksi akan mendorong
perusahaan menaikan harga barang dan jasa, meskipun mereka harus menerima
resiko akan menghadapi penurunan permintaan terhadap barang dan jasa yang
mereka produksi. Sedangkan inflasi karena pengaruh impor adalah inflasi yang
terjadi karena naiknya harga barang di negara-negara asal barang itu, sehingga
terjadi kenaikan harga umum di dalam negeri. Berbeda dengan demand-pull
inflation, cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta
turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini
timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total
(aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya
produksi ini dapat timbul karena beberapa factor diantaranya:
·
Perjuangan serikat buruh
yang berhasil untuk menuntu kenaikan upah
·
Suatu industri yang sifatnya
monopolistis, manajer dapat menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan
harga (yang lebih tinggi). Kenaikan harga bahan baku industri.
3. Penggolongan inflasi didasarkan pada asal inflasi
- Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic
inflation) : inflasi ini semata-mata disebabkan dari dalam negeri.adapun
penyebabnya antara lain misalnya karena deficit anggaran belanja yang
dibiayai dengan pencetakan uang baru, kenaikan upah, gagal panen dan
lain-lain.
2.
Inflasi yang berasal dari
luar negeri (imported inflation). : inflasi ini disebabkan karena naiknya harga barang-barang impor.hal
ini terjadi karena biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau karena
adanya kenaikan tariff impor barang.
4. Berdasarkan kepada tingkat
kelajuan kenaikan harga – harga yang berlaku, inflasi dapat dibedakan menjadi
tiga golongan :
a) Inflasi Merayap
Inflasi merayap adalah
proses kenaikan harga yang jalannya lambat. Yang digolongkan inflasi ini adalah
kenaikan harga – harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen
dalam setahun.
b) Inflasi Sederhana (Moderat)
Inflasi
sederhana adalah infalsi yang tingkat kenaikan harga – harganya antara 5 hingga
10 persen per tahun.
Hiperinflasi adalah proses
kenaikan harga – harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga
menjadi dua atau tiga kali lipat dalam masa yang singkat. Hiperinflasi
sering berlaku dalam perekonomian yang sedang menghadapi perang atau kekacauan
politik di dalam negeri. Dalam masa seperti ini pemerintah belanja jauh
melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk menutupi hal tersebut, pemerintah
cenderung mencetak uang atau meminjam uang dari bank sentral. Pembelanjaan
pemerintah yang berlebihan tersebut akan mempercepat pertambahan pengeluaran
agregat. pada umumnya perusahaan tidak mampu menghadapi pertambahan pengeluaran
yang berlebihan dan sebagai akibatnya harga menjadi meningkat dengan cepat.
2.3
Penyebab
Inflasi
1. Penawaran uang (jumlah uang yang beredar)
Pengertian uang yang paling sederhana adalah uang kertas dan
uang logam yang ada ditangan masyarakat. Uang tunai ini desebut uang kartal
(currency). Para ekonomi klasik cenderung mengartikan uang beredar sebagai
currency karena uang yang benar-benar merpakan daya beli yang langsung dapat
digunakan dan langsung mempengaruhi harga barang-barang. Dengan perkembangan
peranan bank dalam perekonomian maka pengertian uang beredar sebagai uang
kartal sudah diringgalkan. Saldo rekening giro mempunyai setatus yang sama
dengan currency dan harus dimasukkan kedalam uang beredar. Ketidak seimbangan
antara permintaan dan penawaran uang akan menyebabkan inflasi. Jika penawaran
uang terlalu banyak maka inflasi akan meningkat, sebaliknya jika penawaran uang
terlalu sedikit maka akan terjadi deplasi. Keseimbangan antara permintaan dan
pernawaran terhadap uang dijelaskan dalam teori kuantitas dari iriving fisher:
MV=PT
Dimana:
M (Money) : jumlah uang yang beredar
di masyarakat tersiri dari uang kartal dan uang giral
V (Velocity) : kecepatan peredaran
P (price) : harga dari output
T (trade) : jumlah ourput yang
diperdagangkan
2.
Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah total nilai barang akhir dan jasa
uang dihasilkan oleh suatu nergara dalam kurun waktu tertentu (1 tahun).
Indonesia menggunakan GDP untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonominya
(pendapatan Nasional). GDP menunjukkan nilai seluruh output atau produk dalam
perekonomian suatu nefata. Dengan kata lain GDP dapat didefenisikan sebagai nilai
uang berdasarkan harga pasar dari semua barang-barang dan jasa-jasa yang
diproduksi oleh suatu perekonomian selama suatu periode waktu tertentu,
biasanya satu tahun. Secara umum ada 3 pendekatan yang digunakan untuk
menghitung besarnya pendapatan nasional yang secara teoritis akan menghasilkan
angka yang sama. Metode tersebut antara lain:
·
Metode produksi
Metode ini didasarkan atas jumlah nilai dari barang-barang
dan jasa yang dihasilkan oleh suatu masyarakat atau nefara pada periode
tertentu. Namun dalam perhitungan pendapatan nasional dengan menggunakan metode
produksi dimungkinkan terjadinya perhitungan ganda. Maka ada dua cara
menghindari yaitu menghitung nilai akhir dan/atau menghitung nilai tambah,
dimana besarnya angka yang diperoleh dari kedua cara perhitungan tersebut akan
menghasilkan angka yang sama.
·
Metode pendapatan
Metode ini dilakukan dengan menjumlahkan semua pendapatan
yang diperoleh semua pelaku ekonomi dengan suatu masyarakat atau negara pada
periode tertentu, yang berupa pendapatan dari sewa, bunga upah, keuntungan dan
lain-lain. Angka yang diperoleh dari perhitungan pendapatan nasional dengan
menggunakan metode ini menujukkan besarnya pendapatan nasional.
·
Metode pengeluaran
Pengunaan metode ini untuk menghitung pendapatan nasional
dilakukan dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran sektor ekonomi yaitu sektor
rumah tangga, sektor perusahan, pemerintah dan luar negeri suatu masyarakat
atau pada periode tertentu. Seperti pengangguran, inflasi juga menimbulkan
beberapa akibat buruk kepada individu, masyarakat dan kegiatan ekonomi secara
keseluruhan. Pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi terganggu jika
inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi yang bertambah serius cenderung untuk
mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor.
Kecenderungan ini akan meperlambat pertumbuhan ekonomi. Negara yang inflasinya
tinggi menyebabkan daya beli masyarakat menjadi rendah. Daya beli masyarakat
rendah menunjukkan pendapatan nasional negara tersebut menurun. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pendapatan nasional berpengaruh terhadap inflasi yaitu jika
pendapatan nasional naik tingkat inflasi juga naik dan sebaliknya jika
pendapatan nasional turun maka inflasi juga turun.
3.
Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang
lainnya. Nilai mata uang rupiah adalah
harga rupiah per satu unit dollar AS. Ada 3 pendekatan untuk menentukan nilai
tukar, yaitu:
·
Pendekatan neraca pembayaran
·
Pendekatan moneter
·
Pendekatan keseimbangan
portopolio
4.
Tingkat Suku Bunga SBI
SBI (Sertifikat Bank Indonesia) adalah salah satu instrumen
yang digunakan untuk kebijakan open market operation dari bank Sentral (BI).
Tindakan open market operation meliputi tindakan menjual dan membeli surat-srat
berharga oleh bank sentral. Tindakan pembelian dan penjualan surat berharga
akan mempengaruhi harga (dan dengan demikian juga tingkat bunga) surat
berharga. Akibatnya bunga umum juga akan terpengaruh. Berarti tingkat suku
bunga ditetapkan oleh pemerintah melalui bank sentral. Kenaikan tingkat suku
bunga akanSBI akan menyebabkan kenaikan tingkat suku bunga surat berharga pasar
uang (SBPU). Selain tingkat suku bunga bank umum juga mengalami kenaikan. Hal
ini mengakibatkan konsmen khususna investoe tidak tertarik untuk meminjamkan
modal dari bank umum. Kondisi yang demikian ini menyebabkan bahan kebutuhan
umum banyak yang diimpor sementara jumlah ekspor relatif lebih kecil. Yang pada
akhirnya mengakobatkan terjadinya inflasi. Ini berarti kenaikan tingkat suku
bunga SBI menyebabkan tingkat inflasi bertambah.
2.4
Sumber-sumber
Inflasi
·
Inflasi inersial
Dalam perekonomian industri modeen, inflasi sangat bersifat
inersial artinya inflasi akan bertahan pada ringkar yang sama sampai
kejadian-kejadian ekonomi menyebabkan untuk berubah. Inflasi ini dapat
berlangsung dalam jangka waktu yang panjang sepanjang yang diperkitakan banyak
orang bahwa laju inflasi tetap sama.
·
Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi tarikan permintaan terjadi apaila permintaan agregat
meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian,
menarik hingga keatas untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan agregat.
Salah satu teori inflasi tarik permintaan yang berpengaruh menyatakan bahwa
jumlah uang beredar adalah determinan utama inflasi. Alasan dibalik perndekatan
ini adalah bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar meningkatkan permintaan
agregatif, yang pada gilirannya meningkatkan tingkat harga.
·
Ekspektasi inflasi inersial
Sebagaian harga-harga dan upah ditetapkan dengan melihat
kondisi perekonomian dimasa yang akan datang. Pada saat harga-harga dan upah
meningkat secata cepat dan diperkirakan akan terus demikian, dunia usaha dan
para pekerja cenderung akan memasukkan laju inflasi yang cepat kedalam
keputusan harga dan upah mereka. Ekpektasi inflasi yang tinggi atau rendah
cenderung akan dengan sendirinya memenuhi ramalan-ramalan tersebut.
2.5
Dampak Inflasi
Inflasi umumnya memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam
perekonomian, akan tetapi sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa
dalam jangka pendek ada trade off antara inflasi dan
pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat menurunkan tinhgkat pengangguran,
atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara untuk menyeimbangkan perekonomian
Negara, dan lain sebagainya. Secara khusus dapat diketahui beberapa dampak baik
negatif maupun positif dari inflasi adalah sebagai berikut.
Dampak Negatif
1. Bila harga secara umum naik
terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga perekonomian tidak berjalan
normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang memborong
sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya negara
rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
2. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut
maka masyarakat cenderung untuk menarik tabungan guna membeli dan menumpuk
barang sehingga banyak bank di rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak
pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya dana investasi yang tersedia.
3. Produsen cenderung memanfaatkan
kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan dengan cara
mempermainkan harga di pasaran.
4. Distribusi barang relative tidak adil
karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang
masyarakatnya memiliki banyak uang.
5. Bila inflasi berkepanjanagn produsen
banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak
ada yang mampu membeli.
6. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan
masyarakat semakin nyata yang mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi
yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.
Dampak positif
1. Masyarakat akan semakin selektif dalam
mengkonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat
ditekan.
2. Inflasi yang berkepanjangan dapat
menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
3. Tingkat pengangguran cenderung akan
menurun karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi
dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
2.6
Cara mencegah
inflasi
Dengan menggunakan Irving Fisher MV = PT, dapat dijelaskan
bahwa inflasi timbul karena MV naik lebih cepat daripada T. Oleh karena itu
maka untuk mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M atau V)
harus dikendalikan. Cara mengatur variabel M,V dan T tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau kebijaksanaan yang
menyangkut kenaikan produksi.
- Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan
jumlah uang beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral
(demand deposito). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara pertama apabila
seseorag memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro kemudian yang kedua
apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi dalam
bentuk giro. Instrumen lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik
pasart terbuka (jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga
bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju
inflasi dapat lebih rendah.
- Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan
total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah
melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa
pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi
permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
- Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan
jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea
masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang
didalam negeri cenderung menurunkan harga.
- Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga,serta medasarkan
pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji / upah
secara riil tetap). Kalau indeks harga naik maka gaji / upah juga dinaikan.
B.
PENGANGGURAN
2.1
Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin
mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan
nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal
yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling utama. Masalah
pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat
kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro
ekonomi yang paling utama. Tingginya angka pengangguran, masalah ledakan
penduduk, distribusi pendapatan yang tidak merata, dan berbagai permasalahan
lainnya di negara kita menjadi salah satu faktor utama rendahnya taraf hidup
para penduduk di negara kita.
Dua
penyebab utama dari rendahnya pemanfaatan sumber daya manusia adalah karena
tingkat pengangguran penuh dan tingkat pengangguran terselubung yang terlalu
tinggi dan terus melonjak. Pengangguran penuh atau terbuka yakni terdiri dari
orang-orang yang sebenarnya mampu dan ingin bekerja, akan tetapi tidak
mendapatkan lapangan pekerjaan sama sekali. Rumus Menghitung Tingkat
Pengangguran, Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa
didapat dar prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran
kerja. Tingkat Pengangguran = Jml Yang Nganggur / Jml Angkatan Kerjax100%.
2.2 Jenis-Jenis Pengangguran
Pengangguran sering
diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja secara
optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat dibedakan
menjadi tiga macam yaitu :
1. Pengangguran Terselubung (Disguissed
Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
suatu alasan tertentu.
2 Setengah Menganggur (Under
Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena
tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini
merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
3. Pengangguran
Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sunggsungguh
tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum
mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Macam-macam
pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi
beberapa jenis, yaitu :
a. Pengangguran
konjungtural (Cycle Unemployment) adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan
perekonomian/siklus ekonomi.
b. Pengangguran
struktural (Struktural Unemployment) adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka
panjang. Pengangguran struktuiral bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan,
seperti :
¨ Akibat
permintaan berkurang
¨ Akibat kemajuan dan
pengguanaan teknologi
¨ Akibat
kebijakan pemerintah
c. Pengangguran
friksional (Frictional Unemployment) adalah pengangguran
yang muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari
kerja. Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela.
d. Pengangguran
musiman adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian musim misalnya
pergantian musim tanam ke musim panen.
e. Pengangguran
teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau
penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin
f. Pengangguran
siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan oleh
kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat demand).
2.3 Sebab-Sebab Terjadinya Pengganguran
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran adalah
sebagai berikut:
·
Besarnya Angkatan
Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan terjadi
apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang
tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
·
Struktur Lapangan
Kerja Tidak Seimbang
·
Kebutuhan jumlah
dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih
besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi.
Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang
dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian
tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
·
Meningkatnya
peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan
Kerja Indonesia
·
Penyediaan dan
Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
Jumlah angkatan kerja
disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di
daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan
dari suatu negara ke negara lainnya.
2.4 Dampak-Dampak Pengangguran Terhadap
Perekonomian
Untuk mengetahui dampak pengganguran terhadap per-ekonomian
kita perlu mengelompokkan pengaruh pengganguran terhadap dua aspek ekonomi ,
yaitu:
·
Dampak Pengangguran
terhadap Perekonomian suatu Negara
Tujuan
akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan
kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan
naik terus. Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal
tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah
dicita-citakan. Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap
kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
·
Pengangguran bisa
menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang
dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan
nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada
pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran
yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
·
Pengangguran akan
menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sector pajak berkurang. Hal
ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan
perekonomian me-nurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan
demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika
penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan
berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.
·
Pengangguran tidak
menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan menye-babkan daya
beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil
produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor
(pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian
tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
·
Dampak pengangguran
terhadap Individu yang Meng-alaminya dan Masyarakat
Berikut
ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya
dan terhadap masyarakat pada umumnya:
·
Pengangguran dapat
menghilangkan mata pencaharian
·
Pengangguran dapat
menghilangkan ketrampilan
·
Pengangguran akan
menimbulkan ketidakstabilan social politik.
2.5 Kebijakan –
Kebijakan Pengangguran
Adanya bermacam-macam pengangguran
membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran
yang terjadi, yaitu sbb :
1. Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
¨Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
¨Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan
sector yang kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan
¨Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi
kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
¨Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang
mengalami pengangguran.
2. Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
× Perluasan
kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang
bersifat padat karya
× Deregulasi
dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya
investasi baru
× Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home indiustri
× Menggalakkan
program transmigrasi untuk me-nyerap tenaga kerja di sector agraris dan sector
formal lainnya
× Pembukaan proyek-proyek umum oleh peme-rintah, seperti
pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa
menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru
dari kalangan swasta.
3. Cara
Mengatasi Pengangguran Musiman.
* Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di
sector lain, dan
* Melakukan
pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu
musim tertentu.
4. Cara
mengatasi Pengangguran Siklus
¨ Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa,
dan
¨ Meningkatkan daya beli Masyarakat.
BAB III
Permasalahan
3.1 Hubungan Antara Inflasi dan
Pengangguran
Arti inflasi dan
pengangguran telah dijelaskan secara singkat di atas, sebagaimana diketahui
bahwa manakala inflasi terlalu tinggi, maka masyarakat cenderung tidak ingin
menyimpan uangnya lagi, tetapi akan diubah dalam bentuk barang, baik barang
yang siap dipakai atau harus melalui proses produksi (membuat rumah misalnya).
Sementara pengangguran adalah orang yang tidak bekerja dan sedang mencari
pekerjaan.Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi, maka secara
teoritis para pengangguran akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja karena
banyak masyarakat membutuhkan tenaganya, tetapi juga para produsen seharusnya
akan memanfaatkan momentum kenaikan harga barang dengan menambah produksinya
yang tentu saja harus membuka kapasitas produksi baru dan ini tentu memerlukan
tenaga kerja baru sampai pada tingkat full employment.
Sampai sebegitu jauh agaknya inflasi yang
tinggi banyak memberikan dampak yang negatif daripada positif bagi suatu bangsa
dalam perekonomiannya. Alasannya, sederhana saja karena banyak negara yang
mengelola ekonominya tidak efisien, hambatan investasi, dan masih tergantung
sangat besar (baik dari segi kualitas maupun kuantitas) pada bahan baku impor.
Kenyataannya inflasi yang relatif tinggi membuat masyarakat hidup berhemat,
banyak PHK dan penurunan jumlah produksi sehingga terjadi kelangkaan barang di
pasar, dan ini justru akan menjadi inflasi yang sudah tinggi menjadi lebih
tinggi.
Prof. A. W Phillips daro London School of
Economic, inggris meneliti data dari berbagai negara mengenai tingkat
pengangguran dan inflasi. Secara empiris tanpa didasari teori yang kuat
ditemukan suatu bukti bahwa ada hubungan yang terbalik antara tingkat inflasi
dan pengangguran, dalam arti apabila inflasi naik, maka pengangguran turun,
sebaliknya apabila inflasi turun, maka pengangguran naik.
Secara teori, Lipsey menerangkan hubungan
antara tingkat inflasi dengan pengangguran melalui teori pasar tenaga kerja.
Menurutnya, upah tenaga kerja akan cenderung turun bila pengangguran relatif
banyak, karena banyaknya tingkat pengangguran mencerminkan adanya kelebihan
penawaran tenaga kerja. Sebaliknya upah tenaga kerja naik bila tingkat
pengangguran relatif rendah, karena adanya kelebihan permintaan tenaga kerja.
Namun, meskipun pada suatu kondisi terdapat keseimbangan anatara permintaan dan
penawaran tenaga kerja yang memberikan tingkat upah tertentu, pengangguran
masih saja tetap ada, hal ini dikarenakan informasi yang kurang keahlian yang
tidak sesuai dengan lowongan dan sebagainya. Jadi menurut Lipsey, sehubungan dengan
teori Phillips, penawaran dan permintaan itu menentukan tingkat upah dan
perubahan tingkat upah tergantung dari adanya kelebihan permintaan tenaga
kerja. Dengan demikian, makin besar kelebihan permintaan tenaga kerja, maka
tingkat upah akan semakin besar, ini berarti tingkat pengangguran akan semakin
kecil/rendah. Karena hubungan antara kelebihan permintaan tenaga kerja
sebanding dengan kenaikan upah, maka berarti bila tingkat upah tinggi maka
pengangguran rendah, sebaliknya bila tingkat upah rendah, maka pengangguran
tinggi. Namun, bila dibalik pernyataannya menjadi bila tingkat pengangguran
tinggi, maka upah rendah dan bila pengangguran rendah, maka upah tinggi. Perlu
diingat bahwa asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa bila upah riil sama
dengan upah nominal, dimana upah riil adalah upah nominal dibagi dengan harga
yang berlaku.
Yang menjadi pertanyaan
adalah dimanakah hubungan antara tingkat upah dengan inflasi sehubungan dengan
penjelasan teoritis. Lihatlah kembali salah satu penyebab inflasi yang
dijelaskan di atas, yaitu cost push inflation, dimana salah satu penyebab
naiknya harga barang adalah adanya tuntutan kenaikan upah, sehingga untuk
mengatasi biaya produksi dan operasi, maka harga produk dijual dengan harga
relatif mahal dari sebelumnya (artinya manakala upah tinggi, maka tingkat
inflasi tinggi, dan sebaliknya).
3.2 Kaitan Masalah Pengangguran Dan
Inflasi
Ada empat faktor yang menentukan tingkat inflasi. Pertama, uang
yang beredar baik uang tunai maupun giro. Kedua, perbandingan antara sektor
moneter dan fisik barang yang tersedia. Ketiga, tingkat suku bunga bank juga
ikut mempengaruhi laju inflasi. Suku bunga di Indonesia termasuk lebih tinggi
dibandingkan negara di kawasan Asia. Keempat, tingkat inflasi ditentukan faktor
fisik prasarana. Melonjaknya inflasipun karena dipicu oleh kebijakan pemerintah
yang menarik subisidi sehingga harga listrik dan BBM meningkat. Kenaikan BBM
tersebut cukup memberatkan masyarakat lapisan bawah karena dapat menimbulkan
multiplier effect, mendorong kenaikan harga jenis barang lainnya yang dalam
proses produksi maupun distribusinya menggunakan BBM.
Tingginya angka inflasi selanjutnya akan menurunkan daya beli
masyarakat. Untuk bisa bertahan pada tingkat daya beli seperti sebelumnya, para
pekerja harus mendapatkan gaji paling tidak sebesar tingkat inflasi. Kalau
tidak, rakyat tidak lagi mampu membeli barang-barang yang diproduksi. Jika
barang-barang yang diproduksi tidak ada yang membeli maka akan banyak
perusahaan yang berkurang keuntungannya. Jika keuntungan perusahaan berkurang
maka perusahaan akan berusaha untuk mereduksi cost sebagai konsekuensi atas
berkurangnya keuntungan perusahaan. Hal inilah yang akan mendorong perusahaan
untuk mengurangi jumlah pekerja/buruhnya dengan mem-PHK para buruh. Salah satu
dari jalan keluar dari krisis ini adalah menstabilkan rupiah. Membaiknya nilai
tukar rupiah tidak hanya tergantung kepada money suplly dari IMF, tetapi juga
investor asing (global investment society) mengalirkan modalnya masuk ke
Indonesia (capital inflow). Karena hal inilah maka pengendalian laju inflasi
adalah penting dalam rangka mengendalikan angka pengangguran setiap
tahunnya. Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan
ketersediaan lapangan kerja menimbulkan pengangguran yang tinggi. Pengangguran
merupakan salah satu masalah utama dalam jangka pendek yang selalu dihadapi
setiap negara. Karena itu, setiap perekonomian dan negara pasti menghadapi
masalah pengangguran, yaitu pengangguran alamiah (natural rate of
unemployment).
Pada tahun 1980-an, pengangguran terbuka di Indonesia meningkat
hampir dua kali lipat yaitu dari 1,7 persen pada tahun 1980 menjadi 3,2 persen
pada tahun 1990. Pertumbuhan pengangguran di perkotaan lebih tinggi daripada di
pedesaan, yaitu meningkat dari 2,8 persen pada tahun 1980 menjadi 6,1 persen
pada tahun 1990. Sebaliknya tingkat pengangguran di pedesaan menurun secara
drastis yaitu dari 1,4 persen menjadi 0,1 persen.
Dari sisi pendidikan,
tingkat pengangguran selama periode 1980 – 1990 pada semua tingkat pendidikan
memper-lihatkan kecenderungan yang meningkat. Seterusnya, tingkat angkatan
kerja berpendidikan di bawah Sekolah Dasar yang menganggur paling rendah
sedangkan yang berpendidikan tinggi adalah yang paling tinggi, yaitu meningkat
dari 1,8 persen pada 1980 menjadi 15,9 persen pada 1990.
Selanjutnya, tingkat
pengangguran di kota Indonesia selama periode 1971-1980 relatifnya rendah dan
memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Menurut Manning, kadar pengangguran
rendah ini disebabkan karena:
1. besarnya kemampuan sektor informal menyerap, bahkan menarik
sejumlah besar penganggur,
2. tingkat investasi pemerintah yang tinggi dalam projek pembangunan
dan prasarana sosial (sekolah, klinik kesehatan dan lain-lain), dan
3. pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan adanya peluang
pekerjaan baru di luar bidang usaha tani di pedesaan.
Jumlah penduduk,
angkatan kerja dan tingkat pengangguran di Indonesia
1980 – 2002 Uraian
|
1980
|
1985
|
1990
|
1995
|
2000
|
2002
|
Penduduk *
|
148,0
|
164,6
|
179,4
|
194,8
|
206.630
|
211.100
|
Angkatan Kerja**
|
52.421
|
63.826
|
77.803
|
86.361
|
95.651
|
100.800
|
Bekerja**
|
51.553
|
62.458
|
75.851
|
80.110
|
89.538
|
91.600
|
Pengangguran**
|
868
|
1.368
|
1.952
|
6.251
|
5.858
|
8.900
|
Tkt Pengangguran
|
1,7%
|
2,1%
|
2,5%
|
7,2%
|
6,1%
|
9,1%
|
BAB IV
KESIMPULAN
Inflasi
adalah proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara terus-menerus. Ini
tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu nik dengan persentase
yang sama. Inflasi dapat digolongkan menjadi berikut ini: Penggolongan
didasarkan pada parah tidaknya inflasi, Jenis Inflasi Menurut Sebabnya, dan
Penggolongan inflasi didasarkan pada asal inflasi. Beberapa dampak dari inflasi
adalah sebagai berikut: Dampak terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan,
Inflasi dan Perkembangan Ekonomi, Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat,
Berpengaruh langsung terhadap aktiva dan kewajiban masyarakat, Adanya
penyesuaian suku bunga riil, Pengaruh terhadap tingkat bunga output secara
keseluruhan, dan Dampak secara mikro terhadap efisiensi ekonomi. Selain itu
juga inflasi bersumber dari Inflasi inersial, Inflasi Tarikan Permintaan dan
Ekspektasi inflasi inersial. Inflasi juga memiliki faktor penyebab yaitu
Penawaran uang, Pendapatan Nasional, Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku Bunga
SBI. Sedangkan cara mencegah inflasi terdiri dari : Kebijaksanaan Moneter,
Kebijaksanaan Fiskal, Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output, Kebijaksanaan
Penentuan Harga dan Indexing
Pengangguran
adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan
tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang menyebabkan tingkat
pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi
maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling utama.Berdasarkan
pengertian diatas, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi Pengangguran
Terselubung, Setengah Menganggur,Pengangguran Terbuka. Berdasarkan penyebab
terjadinya pengangguran dibedakan menjadi Pengangguran konjungtural, Pengangguran
struktural, Pengangguran friksional,Pengangguran musiman, Pengangguran
teknologi, Pengangguran siklus.
Terdapat Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
pengganguran yaitu Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan
Kerja, Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang, Kebutuhan jumlah dan jenis
tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang, Meningkatnya
peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan
Kerja Indonesia, Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak
seimbang. Inflasi memiliki berbagai dampak antara lain Dampak Pengangguran
terhadap Perekonomian suatu Negara, Individu yang Meng-alaminya dan Masyarakat.
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang
disesuaikan dengan jenis seperti Pengangguran Struktural, Pengangguran Friksional,
Pengangguran Musiman, Pengangguran Siklus.
Daftar Pustaka
http://iermhadreier.blogspot.com/2012/12/makalah-inflasi-dan-pengangguran.html
http://farida-datakuliah.blogspot.com/2011/12/perekonomian-indonesiainflasi-dan.html